Sempat Memiliki IPK 1 Koma, Mahasiswa Ini Akhirnya Lulus dengan Dua Gelar!
les-online.com - 24/08/2022 16:08 WIB

Halo sobat Les Online! Siapa disini yang pernah, mau atau sedang menjadi seorang mahasiswa? Kalau kamu jawab iya, pasti kamu familiar dengan kata ‘IPK’. IPK Indeks Prestasi Kumulatif merupakan hasil penggabungan nilai kamu selama semester 1 sampai semester akhir. Intinya, IPK akan menunjukkan tingkat kesuksesan studi kamu di perguruan tinggi dengan besaran nilai tertinggi yang merupakan 4.
Selain itu, nilai IPK juga akan terpampang pada transkrip nilai saat kamu lulus kuliah nanti, dan hal tersebut menjadi menjadi tolak ukur penilaian perusahaan saat kamu melamar kerja dikarenakan beberapa perusahaan memberikan persyaratan dengan minimal IPK 3.00 bagi pelamar yang ingin bekerja di perusahaan tersebut.
Oleh karena itu tidak sedikit mahasiswa yang juga merasa cemas dan khawatir jika angka IPK mereka tidak sampai ke angka yang mereka inginkan. Namun, kamu tidak perlu merasa putus asa bila saja IPK kamu tergolong rendah, kali ini kita akan membahas salah satu mahasiswa yang meskipun ber-IPK rendah di awal, dapat mendapat hasil terbaik pada akhirnya.
Dikutip dari Website resmi Alumni UNAIR, Ahmad Nailul Author merupakan mahasiswa Universitas Airlangga ( Unair ) yang menjadi salah satu mahasiswa Unair yang mengikuti wisuda periode Agustus 2022. Dia berhasil dinyatakan lulus dengan dua gelar sekaligus dan berhak menyandang gelar sarjana Ilmu Politik dan Magister Ilmu Hukum. Perjalanan Nailul berkuliah dimulai sejak tahun 2014. Saat itu Nailul memang telah dinyatakan lolos Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Baca Juga: Refi Nurani, Anak Petani Peraih Medali Emas yang Sukses Raih Kuliah Gratis di UGM
Namun, di dua tahun pertama menjalani masa kuliah, ia memiliki keinginan untuk mendaftar Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Benar saja, pada 2016 Nailul dinyatakan lolos sebagai mahasiswa program studi Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair). “Saya berpikir, ijazah saya kan, berlaku tiga tahun untuk mendaftar SBMPTN. Kenapa tidak saya gunakan saja kesempatan itu?,” terang Nailul, dikutip dari laman resmi Unair. Ia lalu menjalani dua Perkuliahan, dan semangat belajar Nailul tidak terhenti di situ. Pada 2019, setelah lulus kuliah hukum di Unesa, Nailul mengambil program Magister Ilmu Hukum Unair. Menjalani dua perkuliahan sekaligus tentu bukan hal mudah.
Apalagi Nailul harus melakukan perjalanan pergi-pulang dari Gresik setiap harinya. Selain permasalahan jarak, jadwal kuliah yang bertabrakan juga menjadi tantangan tersendiri. “Banyak jadwal perkuliahan yang crash, ditambah terkadang dosen mengubah jadwal perkuliahan mendadak,” ujar Nailul. Hal tersebut tentu berdampak pada kehadiran dan nilai yang ia peroleh di kelas. Akan tetapi, Nailul tidak menganggap hal tersebut sebagai masalah besar. “Saya tidak ambil pusing karena memang itu konsekuensi logis yang harus saya terima,” tuturnya.
Meskipun pada awalnya perjuangan Nairul sempat terasa sangat berat saat pernah mendapatkan IPK 1,66 karena jadwal perkuliahan yang bertabrakan, semangat belajar mengantarkan Nailul untuk tetap lulus dengan IPK yang cukup memuaskan. Pada akhirnya, ia di wisuda dengan IPK 3,21 untuk studi Ilmu Politiknya, dan 3,50 untuk program Magister Ilmu Hukum yang ia ambil, hebat banget, bukan?
“Tentu kebahagiaan yang tiada duanya dapat menuntaskan keduanya secara bersamaan,” kata Nailul bangga. Tentu bukan hanya Nailul yang merasakan kebahagiaan tersebut. Menurut Nailul, terdapat kebahagiaan yang tak ternilai bagi orang tua ketika melihat anaknya diwisuda. “Bagi orang tua saya, sekolah merupakan hal yg terpenting untuk mengangkat derajat kita. Sehingga semangat belajar selalu ada,” ucapnya.
Orang tua, lanjut Nailul, adalah motivasi terbesar dalam menyelesaikan tiga perkuliahannya. Ketika ia merasa malas dan jenuh dalam belajar, Nailul mengingat jasa kedua orang tua yang membiayai perkuliahannya. Orang tua menjadi support system terbaik yang ia miliki. “Orang tua tidak pernah jenuh membiayai saya. Lantas mengapa saya jenuh berkuliah?,” ujarnya. Kejenuhan berkuliah rasanya menjadi hal yang belum akan dirasakan Nailul dalam waktu dekat. Pasalnya, ia memiliki rencana untuk berkuliah lagi, mengambil program Magister Ilmu Politik di Unair. “Jangan malas untuk tetap belajar dan bahagiakan orang-orang yang kalian cintai selagi ada waktu.” pungkasnya.
Pada akhirnya, IPK itu tetap penting meski bukan hal utama dan satu-satunya yang bisa didapat dari masa perkuliahan. Memang, IPK bisa jadi penanda sebertanggung jawab apakah kamu pada kuliahmu, dan IPK juga jadi petunjuk apakah kamu menguasai kompetensi dasar dari bidang studimu. Tapi sama seperti perjalanan hidup lainnya, ingatlah pengalaman kuliah dan pendidikan itu sejatinya sebagai persiapanmu untuk hidup. Ada rasa pahit dan manis, gagal dan sukses yang tentunya akan membangun kamu pada akhirnya. Meskipun terdapat rintangan seperti IPK yang rendah, jika kamu tetap bersemangat dan fokus pada sesuatu yang menjadi dasar kekuatanmu, kamu juga bisa mencapai puncak impianmu.
Ikuti terus informasi seputar dunia pendidikan dan hal menarik di Les-Online, Cek dan follow Instagram Les-Online untuk info TRY OUT gratis, dan blog Les-Online untuk info menarik lainnya!
Kredit Foto:
https://www.medcom.id/pendidikan/inspirasi-pendidikan/Rb1pO81N-kisah-ahmad-nailul-diwisuda-dengan-dua-gelar-sekaligus-di-unai